Wednesday, July 28, 2010

Energi yang Tidak Pernah Habis

Orang yang berlari akan berhenti saat kehabisan energi untuk beristirahat dan energinya akan pulih kembali walaupun agak berkurang. Nah, bisa jadi nih, suatu hari nanti kita nggak bisa lagi menyalakan listrik saat gelap, soalnya minyak bumi sebagai sumber energi yang banyak digunakan oleh umat manusia di seluruh dunia akan habis. Apalagi proses pembusukan fosil yang menghasilkan minyak bumi butuh waktu hingga ratusan waktu. Kemungkinannya proses itu nggak lagi bisa berlangsung karena fosil-nya sendiri memang sudah habis! Seram!

· Modalnya: ANGIN

Bertahun-tahun sebenarnya para ahli sudah memikirkan sumber energi pengganti yang lebih murah, stoknya masih banyak dan tentunya lebih ramah lingkungan. Soalnya, penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi dan bahan bakar selama ini, menghasilkan gas sebagai hasil sampingan dari pembakaran, dan gas tersebut ternyata sudah demikian banyak sehingga membuat bumi terselimuti oleh gas dan menjadikan bumi kita kian panas. Nah, daripada menggunakan energi dari minyak bumi yang semakin mahal, kan lebih baik kalau memanfaatkan sumber energi yang tidak menghasilkan emisi alias ramah lingkungan dan tidak pernah habis. Misalnya menggunakan energi dari sinar matahari, energi gelombang/arus laut, energi air, energi angin, energi panas bumi (Geothermal), atau malah energi nuklir –meski jadi kontroversi sekalipun lebih ramah lingkungan-.

Negara kita sebenarnya juga sudah membangun energi terbarukan ini sejak lama lho. Contohnya PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)


atau PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Matahari)

yang sudah terkenal duluan di sini. Selain itu, yang masih baru dikembangkan, kita mulai memanfaatkan energi angin atau bayu. Hmmm… sumber yang satu ini kita pasti nggak bakal kehabisan! Menurut data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2007, daerah-daerah yang mempunyai potensi angin bangun besar adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Bali.



Tahun 2007, pemerintah ESDM, sudah mulai melaksanakan programnya yaitu membuat taman energi terbaru (Renewable Energy Park) di Pulau Nusa Penida, Bali. Tepatnya di Desa Klumpu, Nusa Penida telah dibangun 8 unit Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) dalam bentuk kincir angin besar yang masing-masing mampu menghasilkan maksimal 85 kilowatt listrik di saat kecepatan angin mencapai 15 meter/detik. Dengan panjang baling-baling 9,3 meter, diameter 19 meter dan tinggi menara (tower) 31 meter. Tenaga listrik yang dihasilkan ini kira-kira mampu menerangi 56 rumah dengan asumsi kebutuhan per-rumah adalah 1500 watt.

Sementara ini, PLTB masih sebagai energi tambahan untuk mengurangi solar. Selain masalah faktor angin, ini masalah investasi untuk membuat seperti yang di Belanda butuh dana yang tidak sedikit. Biaya investasinya memang cukup mahal. Harga satu unit kincir angin yang diberi nama EGRA (Energi Gratis) ini sekitar 60 juta rupiah! Tapi jika kita berhitung secara ekonomis, ternyata menguntungkan. Karena memakai kincir angin, maka tidak ada pengeluaran untuk bahan bakar lagi. Biaya pemeliharaannya pun cukup murah. Hanya 500.000 rupiah (mungkin saat ini sekitar 1.000.000 rupiah). Bandingkan jika memakai mesin diesel. Untuk biaya solar saja menghasilkan 132.000 rupiah per hari, yang artinya 132.000 x 365 = 48.180.000 per tahun. Belum termasuk biaya pemeliharaan mesin. Jadi hanya dalam waktu 2 tahun, manfaat kincir angin ini sudah terasa. Dan yang paling penting adalah tidak adanya emisi yang dikeluarkan dari kincir angin. Jadi, kalau dikembangkan lebih banyak artinya kita berkontribusi global pada penurunan emisi.


· Simpel, kok!

Selain hanya bermodal utama angin, prinsip kerjanya juga sangat sederhana. Angin memutar turbin angin atau biasa kita sebut kincir angin. Karena turbin berputar, maka generator yang dalam satu poros dengan turbin ikut berputar. Jadilah energi listrik. Pada PLTB yang sudah dikelola secara korporat, listrik langsung dialirkan melalui transmisi. Sedangkan pada PLTB rumahan, biasanya energi disimpan pada baterai.

Tapi untuk membangun sebuah PLTB yang bisa menghasilkan listrik maksimal memang tidak semudah perkiraan. Hal utama adalah, kecepatan dan juga kestabilan angin. Dibutuhkan kecepatan angin antara 2 hingga 17 m/s dan konstan. Jika terlalu pelan listrik yang dihasilkan tidak terlalu besar. Bahkan turbinnya sendiri mungkin tidak bisa berputar. Tapi jika terlalu besar, maka bisa merusak ataupun malah menumbangkan turbin angin itu sendiri. Menurut data dari Wikipedia, di dunia sudah terdapat ribuan PLTB dengan kapasitas maksimal hingga mencapai 93849 MW. Kapasitas itu akan semakin meningkat karena pembangkit jenis ini memang tengah berkembang pesat di Eropa dan Amerika. Dahsyat sekali bukan? Jerman menjadi yang terdepan disusul oleh Amerika Serikat, Spanyol, India, dan China.


· Dari Penggiling Tepung

Tahu nggak, sebetulnya windpower turbin ini sudah ada awal abad Masehi. Di awal tahun 1180-an, di daerah barat laut Eropa, kincir angin dipakai sebagai alat penggiling gandum, dan sampai sekarang masih banyak Dutch windmills yang masih beroperasi lho!


Dulunya, di Amerika pembangunan “water-pumping windmill” adalah hal penting untuk menyediakan kebutuhan air bagi usaha perkebunan dan peternakan di daerah utara Amerika. Setelah itu, kincir angin ini dipakai juga dalam pengembangan sistem transportasi kereta api uap. Dulu, bentuk pembangkit tenaga angin di Amerika masih sangat sederhana. Seperti menara air yang terbuat dari kayu.

Pembangkit listrik tenaga bayu modern, mulai dikembangkan di awal tahun 1980-an. Dan sampai sekarang masih terus dikembangkan, baik bentuk, ukuran, dan cara kerjanya.

Tuesday, July 27, 2010

Keliling Dunia Lewat Buku!

Buku, buku, buku! Benar banget deh, kalau buku itu adalah jendela dunia. Buku bisa membawa kita ke tempat-tempat jauh dan menarik, yang belum pernah kita kunjungi. Dari buku juga, kita jadi tahu kehidupan di luar sana seperti apa. Nggak ketinggalan, buku juga ‘menyajikan’ banyak petualangan seru yang bisa bikin kita ikut gregetan pas bacanya. Nah, ini sebagian dari banyak banget buku yang bisa membawa kita keliling dunia, tanpa butuh tenaga untuk perjalanan ke sana!

· The Egyptologist – Arthur Phillips


Buku ini akan membawa kita ke Mesir lengkap dengan segala benda bersejarah khas Mesir. Seperti Piramida, Sphinx dan makam kuno para raja Mesir. Buku yang dalam versi Indonesia berjudul Memburu Raja Atum-Hadu ini diceritakan dengan pintar oleh sang novelis. Novel ini ditulis dengan gaya dokumen pribadi sang tokoh utama, Ralph Trilipush, serta beberapa korespondennya selama perjalanannya mencari makam Raja Atum-Hadu.

Buku ini ber-setting tahun 1922, tahun dimana para arkeolog lagi gencar-gencarnya mencari situs bersejarah baru. Di tahun itu memang terjadi penemuan fenomenal makam Raja Tut-An-Khamun, pharaoh Mesir dari dinasti ke-18 yang sempat terlupakan, oleh Howard Carter, ahli ilmu Mesir dari Inggris.tapi, ada juga setting yang berbeda yaitu pada tahun 1912, tahun dimana sang koresponden memulai penyelidikan tentang Raja Atum-Hadu, tokoh fiksi ciptaan sang pengarang. Tapi bukan berarti buku ini nggak patut untuk dibaca di era millennium ini. Kita bisa ‘berkenalan’ dengan sejarah Mesir kuno. Selain itu, situs-situs yang disebut buku ini bertahan sampai sekarang lho! Apalagi, bentuk penulisan buku ini yang seperti kumpulan dokumen dan catatan-catatan pribadi yang lengkap dan detail. Sampai-sampai karena detail banget, kadang-kadang jadi kocak. Seru deh, buat kita-kita yang pengen tahu rasanya berpetualang di negara eksotis yang penuh sejarah!


· The Da Vinci Code – Dan Brown


Petualangan nggak hanya untuk Negara eksotis saja lho. Kota nan romantis seperti Paris pun, bisa kita jadikan tempat bertualang yang mendebarkan seperti petualangan Robert Langdon di buku ini. Buku ini memang sudah fenomenal di seluruh dunia karena dianggap kontraversial oleh sebuah golongan agama. Buku ini bercerita tentang Robert Langdon, seoramng pakar simbologi dari Universitas Harvard, yang dituduh membunuh kurator Museum Louvre ketika dia berkunjung ke Paris. Untuk membersihkan nama baiknya, dia harus memecahkan misteri yang ditinggalkan sang kurator. Siapa sangka, rahasia yang akan ia bongkar itu sungguh-sungguh mengguncang iman dan jadi kontroversi dalam bidang agama.

Dan Brown, sang penulis, bisa banget bikin kita merasa ikutan lari-laribersama Langdon di jalanan kota Paris. Juga cara ia mendeskripsikan Museum Louvre yang detail, bikin kita merasa benar-benar ada di sana ikut melihat keindahan lukisan dan benda-benda bersejarah. Karena buku novel fiksi ini berani dijamin keakuratan datanya oleh sang penulis, maka kalau kita jalan ke Paris kita bisa mengunjungi langsung tempat-tempat yang disebut oleh buku itu.


· Herr Der Diebe – Cornelia Funke


Buku petualangan nggak selalu identik dengan orang dewasa yang penuh sama intrik yang ribet. Nih, ada buku petualangan yang nggak kalah seru di kehidupan anak-anak. Buku yang ini menceritakan tentang Prosper dan Bo, kakak-beradik yang yatim piatu. Bo, sang adik, akan diadopsi oleh tantenya. Sementara Prosper, sang kakak, akan dimasukkan ke panti asuhan. Menolak untuk dipisahkan, maka mereka memutuskan untuk melarikan diri ke Venesia, Italia, kota eksotis tempat ibu mereka berasal. Di sana mereka bertemu dengan sekawanan anak jalanan yang dikepalai oleh Scipio, sang Pangeran Pencuri. Mereka membantu Scipio mencuri dari orang kaya untuk keperluan hidup mereka sehari-hari. Pada suatu hari, Scipio mendapat tawaran untuk mencuri seseorang yang misterius. Tanpa mereka sadari, benda yang mereka curi itu ternyata punya kekuatan magis.

Buku ini memang fiktif dan diperuntukkan untuk pembaca anak-anak dan remaja. Tapi semua tempat di buku ini memang nyata. Seperti tempat Prosper dan Bo berjalan-jalan dekat jembatan Rialto, Palazzo Ducale, Istana Contarini, serta beberapa tempat yang pernah dicuri oleh sang Pangeran Pencuri. Buku ini juga memuat sketsa asli sang penulis tentang tempat-tempat yang disebut dalam bukunya. Jadi kita bisa langsung membayangkan bagaimana aksi sang Pangeran Pencuri di antara kanal-kanal kota eksotis Venesia.


· Enrique’s Journey – Sonia Nazario


Buku petualangan nggak melulu hasil imajinasi sang penulis. Contohnya buku ini, yang non-fiksi alias kisah nyata seorang anak yang pengen banget ketemu ibunya yang jadi imigran di Amerika Serikat. Buku ini terinspirasi dari kejadian yang dialami sama Carmen, pembantu rumah tangga sang pengarang, yang juga seorang imigran. Awalnya, pembantu Sonia hanya curhat soal kangen pengen ketemu anaknya yang ia tinggal di kampung halaman selama bertahun-tahun. Namun, siapa sangka setahun kemudian, anak Carmen datang ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan ibunya. Anaknya bahkan sampai rela naik ke atap kereta dan kucing-kucingan sama preman yang suka melakukan pemerasan dan penganiayaan.

Dari pengalaman yang menegangkan itu, Sonia bertekad untuk mencari tahu seluk-beluk nasib anak-anak para imigran yang ditinggal di kampung halaman mereka. Hasil penelusuran itu jadi reportase yang enak banget dibaca dan memenangkan penghargaan Pulitzer pada tahun 2003. Dari buku ini, sang penulis mengajak kita menelusuri kehidupan asal Enrique, sang tokoh utama, di Honduras. Juga rasa rindu Enrique terhadap ibunya yang banting tulang di Amerika Serikat. Buku ini banyak memberikan gambaran ke kita tentang kemiskinan, perjuangan hidup dan arti penting sebuah keluarga.