Tuesday, November 9, 2010

Flick Magazine : New Sucker Punch Trailer

Satu film dari Zack Snyder yang paling diantisipasi, setelah karyanya yang mendapat pengakuan kritikus mulai dari 300 dan Watchmen, sekarang film yang mengangkat psikologi seorang anak gadis yang terkurung dalam kegelapan masa lalunya, mencoba lepas dari dunianya dengan imajinasi liarnya.

Pendekatan ala anime ini membuat film ini cukup sulit dibaca sinopsisnya lewat trailernya, dan penonton hanya bisa berharap dibalik semua action dan kebrutalan ini, Zack Snyder tetap mampu menjaga alur cerita supaya tetap bisa dinikmati sebagai satu film utuh. Semua impian pecinta action dan anime tampaknya diaduk Snyder dalam film ini, dari samurai, naga, pesawat tempur, senjata otomatis, wanita seksi dengan senjata dan tentu saja adegan slowmotion ala Snyder.

Mengambil jadwal 25 Maret, seperti 300 dan Watchmen dulu, film ini diharapkan bisa mencuri cukup banyak penonton nanti. Bintang-bintang utamanya antara lain Emily Browning, Abbie Cornish, Vanessa Hudgens, Jamie Chung dan Jena Malone.

Flick Magazine : New Sucker Punch Trailer

Sunday, October 3, 2010

Mummy Shokushinbutsu

Sedikit mau share aja nih tentang Fun Fact at Japan. Salah satunya kepercayaan Biksu yang memumikan dirinya sendiri demi kesempurnaan agamanya.
Check this out nyoo~



Ribuan tahun yang lalu di Jepang, Biksu Shugendo atau disebut juga Sokushinbutsu menjalankan praktek mem-mumifikasi diri sendiri dimana para Biksu ini menyiksa diri sendiri bertahun-tahun lamanya sampai dirinya mati dalalam keadaan yang bahkan ulat dan serangga tidak sanggup untuk memakan nya.
Proses ini terdiri dari 3 tahap yang masing-masing tahap lamanya 1000 hari.
1000 hari di Tahap pertama adalah dimana sang Biksu hanya memakan kacang-kacangan dan buah berry yang didapati sekitar hutan dan ditambah dengan olahraga keras akan menguras lemak-lemak badan mereka
1000 hari di tahap kedua sang Biksu hanya memakan akar-akaran dari pohon pinang dimana di tahap kedua ini sang biksu akan berubah seperti tengkorak karena terlalu kurusnya.
1000 hari tahap terkahir adalah dimana sang Biksu sudah mulai meminum teh yang terbuat dari zat-zat pohon yang beracun. Meminum teh ini akan mengakibatkan mereka muntah, berkeringat, dan lainnya yang bertujuan mengeluarkan semua cairan tubuh sang bhiksu.
Tetapi yang lebih penting lagi adalah agar setelah mati racun di badan tersebut akan mengeluarkan racun yang akan mematikan semua ulat maupun serangga yang mencoba memakan badannya. Dengan demikian mayat sang Biksu akan menjadi mumi yang bersih dan tidak hancur oleh ulat-ulat pemakan bangkai.
 
Di tahap ketiga ini lah para Biksu tersebut akan masuk ke dalam gua yang sangat sempit yang hanya cukup untuk duduk bersila. Mereka masuk dengan membawa bel dan setiap hari mereka akan membunyikan bel yang menandakan bahwa mereka masih hidup. Setelah bel tersebut tidak berbunyi lagi, maka gua tersebut akan disegel dan sang Biksu dianggap telah mencapai kesempurnaan.
Praktek para Biksu ini sudah dilarang di Jepang semenjak akhir abad ke 18. Diperkirakan ratusan Biksu yang melakukan hal memumifikasi diri sendiri tetapi hanya sekitar 16-24 Mumi Sokushinbutsu yang ditemukan.
Walaupun praktek ini telah dilarang secara hukum, pada bulan Juli 2010 masih ditemukan Sokushinbutsu yang terbaru di Tokyo.




*Oh my God, gila ya Jepang 

Wednesday, September 15, 2010

Asal Usul Eksoplanet

Sekarang ini penelitian eksoplanet sedang berada pada masa keemasannya sejak ditemukannya eksoplanet pertama sekitar 18 tahun yang lalu. Belum lama ini para astronom juga berhasil memperoleh citra-citra eksoplanet tersebut, beserta atmosfer yang mereka miliki. Berdasarkan data ini mereka mulai memperkirakan bagaimana eksoplanet-eksoplanet ini terbentuk.

Citra Seniman tentang Eksoplanet

Secara umum planet terbentuk melalui dua cara, yaitu melalui proses akresi bersama dan melalui proses pembentukan piringan. Pada proses pertama bintang dan planet mengalami keruntuhan gravitasi secara independen tetapi karena mereka saling berdekatan akhirnya bintang dan planet tersebut menjadi terikat bersama-sama secara gravitasi. Proses kedua adalah yang berlangsung di tata surya kita, di mana materi yang berada dalam bentuk piringan tipis yang mengelilingi calon bintang runtuh dan menjadi planet. Kedua cara pembentukan ini memberikan karakteristik yang berbeda sehingga memungkinkan para ahli untuk memperkirakan proses pembentukan eksoplanet berdasarkan ciri-ciri orbit yang mereka miliki.

Seorang peneliti bernama Helmut Abt dari Kitt Peak National Observatory
mencoba meninjau berbagai karakteristik ini dan mencoba melakukan analisis dalam rangka menduga proses pembentukan planet yang mengelilingi sebuah bintang. ia juga melihat bahwa proses yang membentuk tata surya kita adalah proses yang unik, tidak terjadi di tempat lain.

Abt melihat bahwa parameter pertama yang membedakan kedua metode pembentukan planet adalah eksentrisitas orbit planet tersebut mengelilingi bintang pusatnya. Dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang hubungan eksentrisitas dengan proses pembentukan planet-planet tersebut, ia membuat plot distribusi eksentrisitas pada 188 bintang ganda dan membandingkannya dengan satu-satunya sistem keplanetan yang pembentukannya melalui metode piringan, yaitu tata surya kita. Ia mendapatkan bahwa manakala bintang-bintang memiliki orbit dengan eksentrisitas rendah, maka tampak bahwa semakin tinggi eksentrisitas orbitnya maka bintang ganda yang ditemukan menjadi semakin sedikit.  Selanjutnya ketika Abt membuat distribusi 379 planet yang eksentrisitasnya sudah diketahui, ia melihat bahwa distribusi ini mirip dengan distribusi eksentrisitas bintang ganda.   

Selanjutnya ia juga membuat plot setengah sumbu panjang orbit bintang ganda dengan setengah sumbu panjang orbit tata surya kita, dan tampak juga bahwa distribusi ini mirip dengan distribusi yang dimiliki bintang ganda.

Kemudian Abt meninjau konfigurasi sistem bintang ganda tersebut. Sistem bintang yang memiliki 3 bintang biasanya berupa dua buah bintang yang memiliki orbit dekat dengan bintang ketiga yang orbitnya lebih jauh. Ketika hal ini ia bandingkan dengan yang dimiliki tata surya kita, ia mendapatkan hasil yang sama.  

Selanjutnya Abt meninjau jumlah unsur-unsur berat yang terdapat di objek yang lebih berat karena sudah banyak diketahui bahwa sebagian besar eksoplanet terbentuk di sekitar bintang-bintang yang kaya logam. Ia berpendapat bahwa awan pembentuk sistem keplanetan yang kaya logam merupakan satu syarat mutlak dalam model akresi bersama karena hal ini mempercepat proses keruntuhan sehingga planet-planet raksasa bisa muncul sebelum awan pembentuknya sepenuhnya lenyap karena bintang pusatnya menjadi semakin aktif. Ini berarti bahwa fakta bahwa sebagian besar eksoplanet berada di sekeliling bintang-bintang yang kaya logam mendukung hipotesis akresi bersama.

Semua hal ini mendukung hipotesis bahwa sebagian besar eksoplanet terbentuk melalui proses akrei bersama, dan pembentukan tata surya kita adalah sebuah pekecualian saja. Walaupun begitu, masih banyak penelitian yang harus dilakukan untuk bisa mendapatkan kepastian tentang hal ini karena ada kemungkinan bahwa hal ini adalah masalah  statistik yang diakibatkan oleh keterbatasan peralatan pengamatan yang sekarang dimiliki.

Very Large Telescope milik ESO Mendeteksi Adanya Badai Super Di Planet di Luar Tata Surya

eso1026a

HD209458b adalah sebuah planet di luar Tata Surya kita, yang bermassa 60% Jupiter, dan mengobrit sebuah bintang serupa Matahari yang berada pada jarak 150 tahun cahaya dari Bumi, pada konstelasi Pegasus.

HD209458b adalah sebuah planet di luar Tata Surya kita, yang bermassa 60% Jupiter, dan mengobrit sebuah bintang serupa Matahari yang berada pada jarak 150 tahun cahaya dari Bumi, pada konstelasi Pegasus.

Planet HD209458b mengitari bintang induk pada jarak hanya satu per dua puluh jarak Bumi-Matahari, dengan demikian, planet ini sangat panas, terpanggang oleh bintang induk, dengan temperature permukaan mencapai 1000 derajat Celcius pada sisi terangnya, dan pada sisi gelapnya menjadi sangat sangat dingin. Seperti juga di Bumi, perbedaan temperature menyebabkan adanya angin, dan fenomena angin tersebut terdeteksi pada planet tersebut, yang mengalir sangat kuat dari wilayah siang yang sangat panas mengarah pada wilayah malam yang lebih dingin. Angin yang berhembus dari pengukuran gas karbon monoksida tersebut tersebut diperhitungkan mencapai laju 5000 – 10000 km per jam.

Planet HD209458b telah diamati mengitari bintang induk selama 3,5 hari, dan selama planet tersebut berada di muka bintang induk, terhadap pengamat di Bumi; ditemukan adanya fraksi kecil cahaya yang tertapis oleh atmosfer planet. Tim pengamat dari Leiden University, the Netherlands Institute for Space Research (SRON) dari Belanda, dan MIT (Amerika Serikat), mempergunakan instrumen CRIRES spektrograf milik ESO (European Southern Observatory), telah berhasil mendapatkan adanya satu sidik jari penanda atmosfer planet tersebut. Dari pengamatan dengan peralatan CRIRES, dapat ditentukan kandungan karbon monoksida dengan presisi 1 bagian per 100000, guna penentuan efek Doppler.

Dari pengukuran tersebut dapat diukur kandungan karbon pada atmosfer planet, dan ditemukan bahwa H209458b merupakan planet yang kaya akan karbon, sebagaimana Jupiter dan Saturnus. Ini mengindikasikan bahwa planet tersebut mungkin terbentuk dengan cara yang sama seperti kedua planet tersebut. Selain itu, dari bagaimana pergerakan planet mengitar bintang induk, maka massa planet dapat ditentukan dengan cukup presisi.

 

Sumber : ESO, the European Southern Observatory

Satelit Jason-2 Pantau Perubahan Iklim Dunia

“Jason-2 akan mengumpulkan data yang lebih akurat sehingga para pakar cuaca dapat memprediksi perubahan cuaca dengan lebih tepat,” demikian tulis NASA.

Satelit Jason-2 diluncurkan pada pertengahan Juni lalu dari Vandenberg, California.
Satelit baru ini diharapkan mampu menghasilkan data yang lebih akurat mengenai perubahan permukaan air laut

Satelit memantau gelombang laut

Gambar 1. Satelit memantau gelombang laut

 

Satelit altimetri yang telah diluncurkan lebih dulu yakni TOPEX/Poseidon dan Jason 1. Poseidon adalah satelit altimetri pertama yang diluncurkan 1992. Sementara Jason 1 diluncurkan 2002. Seperti namanya, satelit Jason 2 merupakan kelanjutan dari Jason 1. Satelit Jason 2 dibuat oleh empat lembaga yaitu NOAA Amerika Serikat, NASA Amerika Serikat, CNES Perancis, EUMETSAT Eropa. Seperti satelit altimetri pada umumnya, Jason 2 juga memiliki radar altimeter yang berguna memantau tinggi permukaan laut. Satelit ini bekerja mengamati perubahan tinggi muka air laut dengan ketelitian hingga 4 centimeter.

Satelit Jason 2 dibuat oleh NOAA, NASA, CNES, EUMETSAT

Gambar 2. Satelit Jason 2 dibuat oleh NOAA, NASA, CNES, EUMETSAT

 

Data apa saja yang dapat diperoleh dari mengorbitnya satelit seharga 33 juta dolar atau sekitar 330 miliar rupiah ini? Data tersebut diantaranya: suhu muka air laut, volume air laut, dan tinggi permukaan air laut dunia. Jason 2 juga menghasilkan peta topografi dari 95 persen laut es dunia setiap sepuluh hari. Peta laut es di seluruh dunia sangat berguna untuk mendeteksi seberapa besar pencairan es dari waktu ke waktu.
Bagaimana prinsip kerja satelit Jason 2? Prinsip kerja Jason 2 sama dengan prinsip kerja pada satelit altimetri yaitu mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan elipsoid referensi diketahui (lihat gambar 3) maka tinggi muka laut (SSH) saat pengukuran dapat ditentukan. Selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertical merupakan nilai dari SSH.

Satelit Jason 2 menghasilkan data suhu dan tinggi permukaan air laut

Gambar 3. Satelit Jason 2 menghasilkan data suhu dan tinggi permukaan air laut.

 

Apa kaitan antara pemantauan laut dan perubahan iklim? “Laut menyimpan memori jangka panjang sistem iklim, perubahannya dari waktu ke waktu juga menggambarkan perubahan iklim,” ujar Mikael Rattenberg, direktur operasi Eumetsat. Menurutnya, pemahaman yang lebih baik mengenai laut dibutuhkan untuk mempelajari iklim dan dinamika atmosfer dari bulan ke bulan, tahun ke tahun, dan dekade ke dekade berikutnya. Demikian seperti dikutip Kompas.com, 20 Juni.
Dengan demikian, informasi yang diperoleh dari satelit yang berorbit polar ini sangat dibutuhkan bagi penelitian mengenai iklim. Informasi seperti suhu permukaan laut (SST) sangat diperlukan sebagai data masukan untuk model iklim. Data tersebut juga penting untuk memprediksi terjadinya El Nino atau La Nina, badai atau siklon, dan sebagainya.

Informasi tinggi muka air laut dari satelit altimetri

Gambar 4. Informasi tinggi muka air laut dari satelit altimetri